"Non, teh nya sudah siap," suara Mbok Mei membangunkannya dari lamunan. "Iya, Mbok.
Makasih," jawab
Rose. Dengan berbekal laptop dan
ponsel, Rose berjalan
menuju halaman belakang.
Halaman belakang
itu sederhana, tidak banyak ornamen seperti air mancur berbentuk cupid ataupun
kolam renang, hanya sebuah halaman yang ditutupi rumput hijau rapi terawat. Beberapa
jenis bunga tertata apik di pinggiran halaman, tentu saja warna-warna dari bunga
mawarlah yang paling mencolok. Sebuah ayunan kayu, yang cukup besar ukurannya, berwarna
putih diletakkan miring di pojok halaman adalah tempat favorit Rose untuk bersantai. Dengan
kanopi berwarna hijau muda dan beberapa bantal peluk berwarna senada membuatnya
selalu mengundang untuk diduduki. Jika tidak ingin berayun, Rose bisa duduk di serambi.
Ada sebuah meja kecil dan dua bangku rotan berbentuk setengah lingkaran mengapit
di kanan kirinya.
Membawa laptop dan ponselnya, Rose naik ke atas ayunannya. Angin berhembus
sedikit kencang, menerbangkan bawah gaunnya, hingga tersingkap melihatkan sebagian
pahanya.
'Ting', ada pesan
masuk di ponselnya.
From: Mom
Mbok telpon, kamu di rumah ya?
Kok tiba-tiba?
Kamu baik-baik, sayang?
Tunggu ya, sebentar lagi Ibu pulang.
Aku tidak
baik, Bu. Batin Rose.
To: Mom
Aku baik, Bu.
Kejutan!!
Kangen sama rumah, Bu...
Cepat pulang, ya.. Rose kangen.
Rose tunggu di rumah.
Mom :
Oke.
Meletakkan ponsel
pintarnya di atas bantal, Rose membuka laptopnya. Banyak hal yang harus ia
kerjakan, ia berencana membuka usaha di kota kecil ini. Bidang yang sama dengan
toko milik Ibunya, tapi Rose ingin memberikan sentuhan kekinian pada usahanya
nanti. Rencana bisnis sederhana telah ia susun untuk menuangkan ide bisnis
miliknya. Beberapa riset mengenai pasar dan keuangan masih perlu dilakukannya
untuk mendukung rencana ini, tapi Rose tidak terburu-buru. Rose ingin rencana
usahanya benar-benar matang, selain itu Rose masih ingin memulihkan pikirannya
yang penuh dengan kejadian-kejadian di hidupnya belakangan ini.
Lelah dengan
pemikiran rencana bisnisnya, Rose berselancar di dunia maya. Jika gadis-gadis
lain biasa membuka situs untuk fashion dan kecantikan, Rose biasa membuka website
yang memuat berita-berita terbaru. Dia suka membaca informasi unik dari
sesuatu, yang kadang tidak dikira orang itu informasi yang penting. Namun, pemikiran
untuk mendapatkan informasi yang unik dan terbaru membuatnya memiliki wawasan
yang cukup luas, yang terkadang orang lain belum tau.
Halaman utama
situs itu selalu menghadirkan informasi terbaru dari selebriti dunia. Rose
menggeser kursornya ke bawah. Satu demi satu headline dia lewati. Tidak
ada yang menarik, kata Rose dalam hati. Pernikahan mewah, perceraian,
pacar baru, informasi pribadi yang seharunya bukan untuk publik. Pembodohan!, batin
Rose. Namun sebuah headline menarik perhatiannya, matanya melebar
melihat headline tersebut.
Edward Nugraha, Putra Pengusaha Sukses Frans
Wijaya, Minggat dari Rumah.
Dengan perasaan
tak menentu, Rose membuka berita itu. Di sana diceritakan bahwa Edward, menurut
kepolisian, sengaja meninggalkan mobilnya begitu saja di pinggir jalan dan
sudah tidak pulang seminggu. Keluarga dan pihak berwajib sedang berusaha
melacak keberadaannya, sampai berita itu dirilis, belum ada konfirmasi dari
keluarga Frans Wijaya. Di berita itu juga tertulis bahwa hari perginya Edward
dari rumah adalah hari dimana Rose memutuskan untuk meninggalkan Edward dan
kota tempat dia bekerja.
Rose menutup
berita itu dengan perasaan gelisah. Ke mana kau, Ed? Apa kau baik-baik saja.
Maafkan aku, Rose berbicara dalam hati. Suasana hati Rose seketika menjadi
buruk. Dengan gelisah, Rose mengambil ponselnya, berniat untuk menghubungi
Edward.
To: Edward
Ed, kau di mana??
Apa kau baik-baik saja?
Rose
menimbang-nimbang untuk menekan send, hatinya bimbang. Ah, tentu
keluarganya sudah berusaha menghubunginya. Ini juga bukan urusanku, batin
Rose.
Pada akhirnya
Rose menghapus pesan untuk Edward.
*****
"Rose?"
suara seorang perempuan membuyarkan lamunannya.
"Eh, Lian!
Hai, apa kabar? Aku merindukanmu!" seru Rose sambil melompat berdiri
saking senangnya. Lian adalah sahabatnya sejak kecil, kemanapun mereka pergi
selalu berdua. Hanya ketika Rose kerja di kota yang besar, mereka jarang pergi
berdua, tapi setiap ada kesempatan selalu mereka luangkan untuk pergi berdua.
"Aku baik!
Aku juga sangat merindukanmu! Kenapa tiba-tiba pulang? Aku dengar dari Mbok Mei
waktu ketemu di supermarket tadi," jawab Lian.
"Kejutan!
Kejutan untuk semua orang. Kemarilah, aku ingin memelukmu."
Lian menghampiri
Rose dan memeluknya.
"Aku bawa
kue kesukaanmu, bagelen. Aku beli di supermarket tadi, setelah aku
bertemu Mbok Mei."
"Woa, terima
kasih! Yang paling besar pula, kau memang sahabat yang oke," jawab Rose
sambil mengecup pipi Lian.
"Kamu sibuk,
Rose? Apa yang sedang kau lakukan?"
"Tidak juga.
Aku sedang membuat rencana bisnis yang aku ingin lakukan di sini."
"Rencana
bisnis? Kau tidak bekerja lagi?"
"Tidak. Aku
ingin di sini, mengembangkan usahaku sendiri yang sesuai dengan minatku. Tapi,
kau jangan bilang siapa-siapa dulu! Ini top secret!"
"Siap,
Nyonya! Dan apa rencana besar itu? Boleh aku tau?"
"Tentu saja!
Aku justru memerlukan bantuanmu. Tapi tunggu beberapa waktu lagi, aku perlu
mematangkan rencana ini. Kamu harus meninggalkan pekerjaanmu di pabrik tas itu
dan menjadi partner bisnisku,"
"Memangnya
aku mau?"
"Kau harus
mau! Aku tau kamu, Lian sayang. Kamu tidak menyukai pekerjaanmu. Kamu hanya
mengambil kesempatan yang ada di depan mata dengan iming-iming gaji besar. Dan
yang paling penting, orang tuamu pasti juga setuju."
"Lalu apa
kamu bisa menjamin kalau aku akan menyukai ide bisnismu ini?"
"Seratus
persen, sayang! Seratus persen! Tunggu dan bersabarlah sampai aku siap
mempresentasikan ide ini."
"Baiklah,
Rose. Aku akan menunggu, aku sangat penasaran! Tapi aku harus segera pulang.
Aku meninggalkan adonan donat untuk dikembangkan di rumah. Kau tau sendiri kan
apa yang terjadi bila terlalu lama mengistirahatkan adonan donat?"
"Haha... Ya,
ya, ya. Pulanglah. Jangan lupa untuk kirim donat-donatmu kemari,"
"Pasti! Bye,
Rose!"
*****
Bersambung ke chapter 5…