Minggu, 08 November 2015

Nightfall Kiss - Chapter 4



"Non, teh nya sudah siap," suara Mbok Mei membangunkannya dari lamunan. "Iya, Mbok. Makasih," jawab Rose. Dengan berbekal laptop dan ponsel, Rose berjalan menuju halaman belakang.

Halaman belakang itu sederhana, tidak banyak ornamen seperti air mancur berbentuk cupid ataupun kolam renang, hanya sebuah halaman yang ditutupi rumput hijau rapi terawat. Beberapa jenis bunga tertata apik di pinggiran halaman, tentu saja warna-warna dari bunga mawarlah yang paling mencolok. Sebuah ayunan kayu, yang cukup besar ukurannya, berwarna putih diletakkan miring di pojok halaman adalah tempat favorit Rose untuk bersantai. Dengan kanopi berwarna hijau muda dan beberapa bantal peluk berwarna senada membuatnya selalu mengundang untuk diduduki. Jika tidak ingin berayun, Rose bisa duduk di serambi. Ada sebuah meja kecil dan dua bangku rotan berbentuk setengah lingkaran mengapit di kanan kirinya.
Membawa laptop dan ponselnya, Rose naik ke atas ayunannya. Angin berhembus sedikit kencang, menerbangkan bawah gaunnya, hingga tersingkap melihatkan sebagian pahanya.

'Ting', ada pesan masuk di ponselnya.

From: Mom
Mbok telpon, kamu di rumah ya?
Kok tiba-tiba?
Kamu baik-baik, sayang?
Tunggu ya, sebentar lagi Ibu pulang.

Aku tidak baik, Bu. Batin Rose.

To: Mom
Aku baik, Bu.
Kejutan!!
Kangen sama rumah, Bu...
Cepat pulang, ya.. Rose kangen.
Rose tunggu di rumah.

Mom :
Oke.

Meletakkan ponsel pintarnya di atas bantal, Rose membuka laptopnya. Banyak hal yang harus ia kerjakan, ia berencana membuka usaha di kota kecil ini. Bidang yang sama dengan toko milik Ibunya, tapi Rose ingin memberikan sentuhan kekinian pada usahanya nanti. Rencana bisnis sederhana telah ia susun untuk menuangkan ide bisnis miliknya. Beberapa riset mengenai pasar dan keuangan masih perlu dilakukannya untuk mendukung rencana ini, tapi Rose tidak terburu-buru. Rose ingin rencana usahanya benar-benar matang, selain itu Rose masih ingin memulihkan pikirannya yang penuh dengan kejadian-kejadian di hidupnya belakangan ini.

Lelah dengan pemikiran rencana bisnisnya, Rose berselancar di dunia maya. Jika gadis-gadis lain biasa membuka situs untuk fashion dan kecantikan, Rose biasa membuka website yang memuat berita-berita terbaru. Dia suka membaca informasi unik dari sesuatu, yang kadang tidak dikira orang itu informasi yang penting. Namun, pemikiran untuk mendapatkan informasi yang unik dan terbaru membuatnya memiliki wawasan yang cukup luas, yang terkadang orang lain belum tau.

Halaman utama situs itu selalu menghadirkan informasi terbaru dari selebriti dunia. Rose menggeser kursornya ke bawah. Satu demi satu headline dia lewati. Tidak ada yang menarik, kata Rose dalam hati. Pernikahan mewah, perceraian, pacar baru, informasi pribadi yang seharunya bukan untuk publik. Pembodohan!, batin Rose. Namun sebuah headline menarik perhatiannya, matanya melebar melihat headline tersebut.

Edward Nugraha, Putra Pengusaha Sukses Frans Wijaya, Minggat dari Rumah.

Dengan perasaan tak menentu, Rose membuka berita itu. Di sana diceritakan bahwa Edward, menurut kepolisian, sengaja meninggalkan mobilnya begitu saja di pinggir jalan dan sudah tidak pulang seminggu. Keluarga dan pihak berwajib sedang berusaha melacak keberadaannya, sampai berita itu dirilis, belum ada konfirmasi dari keluarga Frans Wijaya. Di berita itu juga tertulis bahwa hari perginya Edward dari rumah adalah hari dimana Rose memutuskan untuk meninggalkan Edward dan kota tempat dia bekerja.

Rose menutup berita itu dengan perasaan gelisah. Ke mana kau, Ed? Apa kau baik-baik saja. Maafkan aku, Rose berbicara dalam hati. Suasana hati Rose seketika menjadi buruk. Dengan gelisah, Rose mengambil ponselnya, berniat untuk menghubungi Edward.

To: Edward
Ed, kau di mana??
Apa kau baik-baik saja?

Rose menimbang-nimbang untuk menekan send, hatinya bimbang. Ah, tentu keluarganya sudah berusaha menghubunginya. Ini juga bukan urusanku, batin Rose.

Pada akhirnya Rose menghapus pesan untuk Edward.

*****

"Rose?" suara seorang perempuan membuyarkan lamunannya.

"Eh, Lian! Hai, apa kabar? Aku merindukanmu!" seru Rose sambil melompat berdiri saking senangnya. Lian adalah sahabatnya sejak kecil, kemanapun mereka pergi selalu berdua. Hanya ketika Rose kerja di kota yang besar, mereka jarang pergi berdua, tapi setiap ada kesempatan selalu mereka luangkan untuk pergi berdua.

"Aku baik! Aku juga sangat merindukanmu! Kenapa tiba-tiba pulang? Aku dengar dari Mbok Mei waktu ketemu di supermarket tadi," jawab Lian.

"Kejutan! Kejutan untuk semua orang. Kemarilah, aku ingin memelukmu."

Lian menghampiri Rose dan memeluknya.

"Aku bawa kue kesukaanmu, bagelen. Aku beli di supermarket tadi, setelah aku bertemu Mbok Mei."

"Woa, terima kasih! Yang paling besar pula, kau memang sahabat yang oke," jawab Rose sambil mengecup pipi Lian.

"Kamu sibuk, Rose? Apa yang sedang kau lakukan?"

"Tidak juga. Aku sedang membuat rencana bisnis yang aku ingin lakukan di sini."

"Rencana bisnis? Kau tidak bekerja lagi?"

"Tidak. Aku ingin di sini, mengembangkan usahaku sendiri yang sesuai dengan minatku. Tapi, kau jangan bilang siapa-siapa dulu! Ini top secret!"

"Siap, Nyonya! Dan apa rencana besar itu? Boleh aku tau?"

"Tentu saja! Aku justru memerlukan bantuanmu. Tapi tunggu beberapa waktu lagi, aku perlu mematangkan rencana ini. Kamu harus meninggalkan pekerjaanmu di pabrik tas itu dan menjadi partner bisnisku,"

"Memangnya aku mau?"

"Kau harus mau! Aku tau kamu, Lian sayang. Kamu tidak menyukai pekerjaanmu. Kamu hanya mengambil kesempatan yang ada di depan mata dengan iming-iming gaji besar. Dan yang paling penting, orang tuamu pasti juga setuju."

"Lalu apa kamu bisa menjamin kalau aku akan menyukai ide bisnismu ini?"

"Seratus persen, sayang! Seratus persen! Tunggu dan bersabarlah sampai aku siap mempresentasikan ide ini."

"Baiklah, Rose. Aku akan menunggu, aku sangat penasaran! Tapi aku harus segera pulang. Aku meninggalkan adonan donat untuk dikembangkan di rumah. Kau tau sendiri kan apa yang terjadi bila terlalu lama mengistirahatkan adonan donat?"

"Haha... Ya, ya, ya. Pulanglah. Jangan lupa untuk kirim donat-donatmu kemari,"

"Pasti! Bye, Rose!"

*****

Bersambung ke chapter 5…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar