Selasa, 26 Januari 2016

Dimsum Goreng Isi Ayam

Hai semua!

Yepz, saya pecinta makanan manis. I love cake, chocolate, cookies, cupcake, and any kind of sweet thing! Makanan yang sering saya buat saat waktu senggang adalah makanan manis. I am a freakin' sugar lover. Menurut saya, makanan manis bisa menenangkan emosi saya, rasanya nikmaaaat banget kalau saya bisa menikmati cake, chocolate, atau cookies tanpa ada yang mengganggu. Nah, salah satu sahabat saya tidak suka susu dan makanan manis, jadi sedikit patah hati waktu dia menolak cake yang enak banget (waktu itu cake natal buatan eyang saya...), hiks. Kemudian, saya tanya "Kamu suka apa?" dan dia menjawab "Aku iki senengane gorengan. Ngene-ngene iki... Duuuh..." (Aku ini suka gorengan, makanan kayak begini ini. Aduuh...). Jadi sejak saat itu saya berfikir, mungkin saya harus lebih sering explore ke sayuran dan gorengan yaa, untuk menyenangkan dia. Langsung aja ini resepnya...


Bahan:

1 pack kulit pangsit kotak ukuran kecil
300 gram filled ayam (blender atau cincang halus)
3 buah bawang prei (rajang halus)
1 buah wortel (parut)
1 butir telur
1 sdm maizena
2 sdm tepung terigu
1 sdt saus tiram
1 1/2 sdt garam
2 sdt kecap asin
1 sdt merica

Cara membuat:

1. Aduk semua bahan kecuali kulit pangsit.
2. Isikan bahan isi tersebut ke dalam kulit pangsit. Jangan terlalu banyak yaa,,, Isi yang banyak memang yummy, tapi akan membuat isian susah matang. Padahal kulit pangsit sangat mudah sekali matang dan hangus. Triknya jika ingin isiannya banyak adalah pipihkan isi dan sebar ke kulit, jangan sampai menggumpal dalam satu titik. (Anda tau maksudnya ya, kan? Hehe...)
3. Rekatkan kulit dengan putih telur, atau campuran air dan maizena, atau air biasa saja juga bisa.
4. Goreng hingga kecoklatan. Pastikan minyak benar benar panas sebelum memasukkan gorengan. Goreng dengan api yang sangat kecil hingga matang sempurna sampai dalam. Gorengan pertama biasanya akan gosong karena panas belum stabil, tapi kedua dan selanjutnya akan cantik kok. Selamat mencoba!

Note: untuk isian bebas yaa sebenarnya, mau pake ayam, daging cincang, udang, telur, kornet, sosis, jamur, bebaaassss.... Sayurnya juga bebas, bisa ditambah bayam rebus yang dicincang, mau ditambah keju di dalamnya juga oke.





Red Velvet Cake yang tidak RED

Halloo!!!

Sudah lama saya ingin mencoba membuat Red Velvet Cake yang sudah banyak di share di blog-blog pemasak handal dan website-website resep di dunia maya. Foto-foto mereka yang keren membuatnya terlihat semakin menggiurkan. Sangat terlihat yummy dan moist. Namun, karena kesibukan saya yang harus kuliah dan ngantor, rasanya malas mempersiapkan bahan yang agak banyak untuk membuat cake. Sampai akhirnya liburan semesteran datang bersamaan dengan libur kerja!! Langsung saja saya membulatkan tekad untuk mengeksekusi Red Velvet Cake idaman.

Dimulai dengan mencari resep yang pas (pas bahannya dan pas uangnya, hehehe...), kemudian belanja, lalu mengeksekusinya. Warna merah pada cake ini bisa didapat melalui bahan alami seperti buah bit dan pewarna makanan. Saya memilih menggunakan pewarna makanan, karena menurut Mbak Endang JTT, meskipun menggunakan buah bit, tetap perlu pewarna merah. Hal ini disebabkan karena warna buah bit setelah proses masak atau panggang adalah coklat. Dan kenapa, red velvet saya tidak red seperti judul di atas? Karena pewarna merahnya kurang . :( Jadinya mungkin bisa disebut 'Brown Velvet Cake' kali yaa...

Don't ask me about the taste!! Because, Alhamdulillah, everyone loves it! My beloved nephew (my Lil Boss) said, "It is so yummy, Re!". And you know, everytime Boss kecil ini puji saya, saya melayang. No, bukan soal itu saja... Haha. Seriously, semua orang yang makan cake itu bilang enak... Alhamdulillah. So, thanks for a great recipe from mommies daily... You can check the original recipe, here: RVC - mommiesdaily ... very easy to follow!!

Untuk cream cheese frosting nya, I decided to use a little bit crazy idea... Saya mencampurkan buttercream siap pakai dengan spread cheese yang bisa di dapatkan dengan mudah di minimarket dekat rumah. Tentunya cara ini menjadi lebih murah dan ramah di kantong. Haha... But, I promise, next time saya akan pakai real cream cheese... Dan sekarang, mari lihat bagaimana saya mengkesekusi resep ini dengan sedikit modifikasi.




Resep:

Bahan-bahan kering (dry ingredients) - aduk rata dengan whisk di dalam mangkuk terpisah, sisihkan:
350 gram terigu
30 gram maizena
20 gram coklat bubuk
1,5 sdt garam

Bahan cair:
470 ml minyak (saya menggunakan 100gram magrarine leleh, 100 gram mentega leleh, dan mengisinya dengan minyak sayur sampapi mencapi 470 ml)
400 gram gula pasir
3 butir telur
1 sdt essence vanili
 Pewarna: 100 ml air + 2 sdm pewarna merah cair (1 sdm jika Anda pakai gel food coloring)
300 ml buttermilk (Saya menghangatkan 300 ml susu sebentar dengan cara direbus. Jangan sampai mendidih, hanya sampai muncul gelembung-gelembung kecil dipinggiran. Kemudian masukkan 2 sdm perasan air jeruk lemon/nipis, Diamkan 10 menit sampai mengental.) 
Bahan terakhir:
2 sdt soda kue
2,5 sdt air jeruk nipis

Cara membuat:
1. Mixer campuran minyak, margarine, dan butter dengan gula, telur, vanilli selama 5 menit sampai berbusa dan tercampur rata.



2. Tuang bahan pewarna, mixer sampai rata. Jangan kaget dengan warna merah, percayalah... warna sangat merah yang saya dapatkan di adonan sebelum panggang menghilang... :( yang ada warna kecoklatan.

3. Masukkan campuran bahan kering dan buttermilk secara bergantian dan bertahap. Caranya: 1/3 bahan kering + 1/3 buttermilk, aduk rata. Masukkan 1/3 bahan kering dan buttermilk, aduk rata. Masukkan sisanya, aduk rata. Campurkan dengan cara aduk lipat balik, jangan sampai overmixing atau berlebihan dalam mengaduk pada tahap ini, agar cake tidak bantat.

  
4. Sebelum dipanggang, campur bahan terakhir (soda dan jeruk nipis dalam mangkuk kecil sampai berbusa). Aduk rata.

5, Panggang selama 30 - 45 menit. Lakukan tes tusuk yaa,.. Jika Anda memasukkan lidi dalam cake, ketika dikeluarkan tidak ada adonan yang menempel sama sekali.

Untuk frosting:
200 gram buttercream siap pakai
1 pack prochis spread cheese

Aduk bahan frosting sampai rata. Hias cake sesuai selera,

Minggu, 17 Januari 2016

Nightfall Kiss - Chapter 5


"Ed, hari ini kamu ikut aku belanja bahan untuk toko ya? Persediaan sudah mulai menipis", kata Paman Joe pada Edward.

"Iya. Beritahu aku kalau Paman mau berangkat".

"Oke. Bersiap-siaplah".


******

Hari cukup cerah untuk belanja bahan. Menggunakan truck tua terbuka, Edward dan pamannya berangkat untuk berbelanja.

"Toko bahannya di mana, Paman?" tanya Edward memecah sepi.

"Tidak seberapa jauh, sekitar dua puluh menit mengemudi dari toko kue kita".

"Toko kue Paman Joe", ralat Edward.

"Apa bedanya? Kamu sekarang juga bekerja di sana kan? 'Toko kue kita' kalau begitu", jawab Paman Joe dengan tawa jail pada Edward.

"Haha. Dasar. Paman selalu saja bercanda. Kalau tidak jauh, kenapa Paman tidak minta dikirim saja ke toko?"

"Hemm, coba tebak?"

"Karena kau juga ingin jalan-jalan?"

"Nope. Memilih bahan untuk komposisi kue adalah hal penting. Harus yang paling baik kualitasnya. Aku tidak mau menyerahkan begitu saja pada orang lain".

"Bukankah setiap bahan mentah memiliki grade? Tinggal kau minta saja grade yang paling baik. Bisa, kan?"

"Tidak semudah itu. Kau tau? Di antara begitu banyak berlian dan batu permata yang mahal harganya, ada saja batu permata yang cacat, bukan?"

"Ya, tapi cacat itu akan mengurangi harganya?"

"Tentu. Tapi kita berhubungan dengan makanan. Harus benar-benar yang terbaik. Tidak ada cacat ataupun kurang. Makanan berhubungan langsung dengan hidup. Makan untuk hidup, kan? Bukan hidup untuk makan".
"Aku mengerti. Tapi, kau tidak mungkin terus menerus memilih bahan dengan tanganmu sendiri, kan? Seiring berjalannya waktu, tokomu akan menjadi besar, kau akan sangat kepayahan bila harus memilih dan belanja bahan terus".

"Maka dari itu, aku mengajakmu, Ed. Kamu nanti yang akan melakukannya jika aku kepayahan. Haha..."

"Woow, wooow. Tunggu. Tunggu. Maksud Paman? Kau bercanda! Kau pasti tidak serius..."

"No, Edward. Aku tidak pernah tidak serius dengan toko kue".

"Tapi kenapa aku?"

"Sudah jelas kan? Karena aku percaya padamu dan kau pun juga mencintai bidang yang sama. Siapa lagi kandidat yang lebih baik? Nah, itu toko bahannya. Kita parkir di sini dan berjalan ke sana. Come on!"


*****


Memasuki toko bahan kue, kenangan seperti film bermain di kepalanya. Gadis itu, Rose, kasih pujaannya yang juga peremuk hatinya, sangat suka memasak dan membuat kue. Edward selalu dimintanya untuk menemaninya belanja, mengikutinya dari belakang, dengan dua keranjang belanja berbeda. Satu untuknya, dan satu untuk Rose, kemudian mereka akan membuat makanan masing-masing dan bertukar untuk saling memberi komentar.

"Ed? Edward!", suara Paman Joe membuyarkan lamunannya.

"Oh, eh, iya. Ada apa? Mana lagi yang harus kuambil?"

"Kau ini! Aku sudah memanggilmu berulang kali. Dan kita belum mengambil apa-apa, Ed. Kau itu melamunkan apa?"

"Ah, tidak. Ayo, Paman. Tunjukkan padaku, kiat jitumu memilih bahan".

Mendorong kereta belanja yang besar, Edward mengikuti pamannya. Dengan tekun Edward mendengarkan dan berusaha mengingat apa yang diajarkan pamannya. Dalam hati dia berjanji akan membawa catatan untuk mencatat lain kali.

"Memilih bahan itu seperti memilih wanita, Ed. Kau harus memilihnya sendiri, dengan matamu, tanganmu, dan hatimu. Pilih yang terbaik bukan yang termahal. Pilih yang paling pas bukan yang bermerek. Pilih yang meyakinkan bukan yang sekedar ikut-ikutan".

"Oke, Paman. Tapi kalau dengan tanganku, aku harus berhati-hati. Salah-salah aku malah ditampar".

"Wanita, kalau sudah percaya padamu, akan dengan sendirinya untuk rela disentuh. Bukan begitu?"

"Ya...", pikiran Edward langsung berpergi jauh pada bayangan Rose. Dia merindukannya. Gadis mungilnya, yang menguasai hati dan pikirannya. Dia merindukannya, sangat merindukannya. Ya, rindu disentuhnya dengan jari yang lembut.

"Hei, Ed! Kau melamun lagi!", tegur Paman Joe.

"Oh, ya, eh, maaf. Hehe".

"Kenapa? Ada apa denganmu? Apa yang kau pikirkan?"

"Nope. Tidak apa-apa. Lupakan. Ayo kita pulang, Paman. Semua yang ada di daftar belanja sudah terambil, kan?"


*****


Berbaring di tempat tidur, Edward membuka iPhone miliknya. Berita-berita tentang dia yang kabur dari rumah masih dibincangkan di media-media lokal negaranya, tapi tak segencar ketika pertama kali dia pergi. Media terlalu mengada-ada. Ada yang bilang dia kawin lari, seandainya bisa, wanitaku saja tak mau, ada yang bilang karena dia tidak mau diwarisi perusahaan, Bodoh, mana mungkin aku tidak mau?. Tidak ada pesan masuk dari Rose, Edward mengeluh. Sudah lama dia menunggu kabar dari Rose. Apa yang kau pikirkan tentang berita-beritaku di sana, sweetheart?  Edward mulai mengetik pesan untuk Rose, menunggu kabar dari perempuan seperti menunggu bus bisa terbang.

To: Rose
Hi, Rose.
Bagaimana kabarmu?
Ak....

Edward berhenti mengetik dan kemudian menghapusnya. Percuma. Bagaimanapun dia akan berusaha, apapun yang akan dilakukan, tidak akan bisa merubah keadaan. Rose adalah adiknya. Mereka disatukan tali darah persaudaraan oleh ayah mereka, Frans Wijaya. Tidak mungkin bila mereka memaksa bersatu.

Tapi aku ingin tahu kabarnya dan aku merindukannya. Sial. Sial. Sial. Aku harus bagaimana? Edward memukul-mukulkan iPhone ke kepalanya. Blog. Rose punya blog. Dia biasa menulis di sana. Aku bisa melihat kabarnya dari sana.

Namun di blog itu tidak ada sesuatu yang berarti. Rose tidak menuliskan isi hatinya, hanya ulasan-ulasan mengenai tempat makan yang ada di sana. Tanggal ulasan terakhirnya adalah beberapa hari sebelum Edward meninggalkan negaranya.  Itu berarti sudah lebih dari satu bulan.
Aneh, Rose biasanya selalu mengupdate blog-nya seminggu dua kali. Kenapa dia tidak mengisi blognya, sebulan terakhir ini? Apa kabarmu, sweetheart?

Bersambung ke Chapter 6

Sabtu, 16 Januari 2016

Bagaimana Bisa

Bagaimana bisa aku tidak kehilangan akal ketika kau ada di dekatku,
sedangkan hanya dengan mendengar namamu saja tubuhku berdesir?

Dan bagaimana bisa aku tidak lebih memikirkanmu,
sedangkan sikapmu buatku resah?

Bagaimana bisa aku berhenti menatap mata teduh dan tegasmu,
ketika mata itu yang menenangkan dan mengikatku?

Dan bagaimana bisa aku beralih dari sentuhanmu,
ketika sentuhan itu yang menjadi canduku?

Bagaimana bisa aku mengusirmu,
ketika hati dan nyamanku membutuhkanmu?

Dan bagaimana bisa aku tidak menyadari hadirmu,
ketika hanya dengan memikirkanmu, aku rindu?

Bagaimana bisa aku tidak anggapmu,
sedangkan kau nyata ada di depanku, bahkan dalam tidurku?

Dan bagaimana bisa aku tidak lebih mencintaimu,
sedangkan kau memperlakukanku dengan begitu memabukkan?

Dan bagaimana bisa
aku terlambat bertemu denganmu?

-R. Ananta- 10 Januari 2016

Jumat, 01 Januari 2016

happy new year 2016


 


WISH ALL OF YOUR WISHES COME TRUE IN THIS 2016!

THANK YOU 2015, WE DID A LOT OF THINGS!!!

WELCOME NEW ME!!

 --R and Famz--

Asu

Otakku bergeser
Dua centimeter,
atau mungkin juga lebih
Mataku gelap
Pun hatiku

Air setan mengalir, asu!
Tapi hangat, aku!

Otakku bergeser
Dua centimeter,
atau mungkin juga lebih
Kamu
Lima, Satu, Lima
Kenang
Indah
Suka
Empat, atau mungkin enam

Mengalir lagi,
hangat, asu! aku!