Senin, 15 September 2014

Nightfall Kiss - Chapter 3

Lampu merah membuat kumpulan kendaraan berhenti. Seorang gadis berambut panjang mempercepat langkahnya di atas garis-garis besar berwarna putih di jalan. Hujan deras beberapa saat lalu membuat jalanan basah, air menggenang di beberapa sisi jalan yang tidak rata, mengotori sepatu bertumit kecil Si Gadis. Cuaca yang dingin menemani langkah kakinya untuk kembali pulang. Pulang ke rumah, tempat segala kenyamanan berada.

Perjalanan jauh tidak membuatnya ingin cepat-cepat sampai di rumah. Dia tetap berjalan pelan, menikmati rintik hujan yang membasahi rambut dan tubuhnya. Rintik yang mebuat bercak - bercak basah di bajunya, tudungnya, dan tasnya. Dia tidak membenci hujan, dia berteman dengan hujan, dengan bau tanah basahnya, dan dengan sejuknya.

Di ujung jalan, beberapa tukang ojek berebut menawarkan jasa. Mengharap rejeki dan bonus membonceng wanita cantik. Gadis itu tetap berjalan, tak menghiraukan ojek-ojek itu. Alih-alih memilih ojek agar cepat sampai, gadis itu memilih becak dengan tukangnya yang sudah tua. Tak apalah, ini memberikannya waktu untuk sedikit mengenang jalanan ke rumahnya. Melamun dan sedikit bernostalgia pada jalan yang sering dulu dia lewati untuk pergi ke sekolah, ke pasar malam bersama Ibu, dan banyak lagi yang telah dia lewati.

Dan terlihatlah rumahnya, rumah di mana segala kenyamanannya berada. Rumah itu besar tapi sederhana, tidak banyak dekorasinya, bercat putih, dengan pagar hanya setinggi dada. Halamannya tidak terlalu luas tapi asri dipenuhi kembang. Sedikit menahan nafas ketika membuka pagar rumahnya. Di sini, di rumah ini, di segala kenyamanannya berada, dia akan memulai lagi segalanya dari awal. Tanpa luka, tanpa sakit hati, tanpa Edward.

 
 ***

Rose membuka pagar rumahnya, melangkah pelan sambil mengulang kata-kata yang dia susun untuk bicara pada Ibunya, dalam hati. Bu, aku berhenti bekerja, aku ingin di sini, menemani Ibu, biar Ibu gak kesepian. Aku sudah ada tabungan cukup untuk memulai usahaku sendiri di sini. Aku ingin seperti Ibu dan toko kue Ibu, memberi kesempatan orang lain untuk mencari rejeki bersamaku. Terus dia ulangi alasan-alasan itu untuk dia bicarakan pada Ibunya, agar tak ada rasa khawatir timbul di hati Ibunya.

Di depan pintu putih rumah masa kecilnya, Rose terpaku. Seperti film, potongan gambar masa kecilnya bergiliran berebutan tempat di otaknya, memenuhi sisi visual kenangannya. Saat senang ketika Ibunya membelikan pita rambut baru, saat menangis kala Sang Ibu memarahinya karena bermain hujan, saat dia terjatuh dari kursi kayu di teras rumahnya, tanpa sadar sebutir air mata jatuh mengalir di pipinya. Aku pulang, Bu. Aku pulang, rumahku. Suara langkah kaki dari balik pintu membuatnya harus berhenti dari lamunan kenangan. Cepat-cepat dia menghapus air matanya. Tepat saat itu, pintu terbuka.

"Loh, Non? Lagi liburan? Kok, Ibu tidak bilang-bilang kalau Non Oce pulang ke rumah ya, biar Mbok masak yang Non suka?" Mbok Mei, nama aslinya Maemunah, pembantu setia Ibunya yang sudah bekerja di rumah ini puluhan tahun, bahkan sebelum Rose lahir.

"Oce memang belum kasih kabar ke Ibu, Mbok. Biar Ibu kaget, Mbok. Hehe...", dengan tawa yang dibuatnya Rose menjawab Mbok Mei, meski hatinya tetap menangis.

"Owalah.... Yowes, masuk dulu, Non. Ibu masih di toko, Non, sebentar lagi pulang. Mbok buatkan teh hangat dulu ya? Tanpa gula kan, Non? Mau pakai melati atau jahe?"

"Ih, Mbok Mei ini, sudah tau aku tidak pernah suka teh jahe. Pakai melati saja, Mbok. Taruh di taman belakang saja. Agak panas ya, Mbok? Aku mandi dulu sebentar", katanya sambil melangkah masuk menuju kamarnya.

"Hehe... Beres, Non".

Rose membanting badannya ke tempat tidur, merasakan nyamannya kamar yang selalu dia rindukan. Kamar di tempat kosnya dulu tidak senyaman ini, jendelanya kecil, menghadap jalanan di luar yang berisik pula. Di sini jendelanya besar, menghadap ke taman cantik kesayangan ibunya, yang penuh dengan mawar. Mawar, asal mula namanya yang indah dan nama yang dibanggakannya.

Menikmati semilir angin di tempat tidurnya membuat Rose mengantuk. Kalau saja dia tidak teringat untuk membersihkan barang-barangnya, mungkin dia sudah tertidur. Buru-buru ia beranjak, merapikan sedikit barangnya. Dia tidak membawa banyak barang, hanya tas ransel untuk barang pribadinya. Barang-barang lain seperti baju dan buku, dia kirim melalui paket yang mungkin akan sampai di sini besok atau lusa. Baju-baju lamanya pun masih banyak dan tersimpan rapi di lemari. Setelah merapikan barangnya, Rose bergegas mandi.

Dengan bersenandung kecil di depan cermin Rose menyisir rambutnya. Gaun terusan pendek putih dengan pita biru melekat di tubuhnya yang ramping. Tidak memerlukan solek yang tebal atau perhiasan mahal, Rose sudah cantik dari sananya. Mata bulat, perawakan ramping, rambut hitam tebal, mirip ibunya. Hidung mancung, bibir tipis, serta kaki jenjang diwarisinya dari ayahnya, Frans.

Minggu, 14 September 2014

Almost 20 years

Akhir bulan ini umur saya 20 tahun. It's mean sekarang masih 19 tahun kan?? Kadang saya merinding sendiri mengingat umur saya ini. Hampir 20 tahun!!! Bukan waktu yang sebentar, tentu saja, tapi cukup untuk dibilang "muda" dan "dewasa". Apa yang saya lakukan selama hampir 20 tahun ini? Bergunakah? Atau hanya  akan menjadi kata-kata kenangan?

Mengeluh, sering saya lakukan dalam hidup saya. Keluhan kelelahan tubuh saya yang kata orang "masih muda pasti kuat". Keluhan keirian hati saya yang kata orang "hidup mudah untuk dijalani". Keluhan kelelahan nurani saya terhadap apa yang saya alami. Dan banyak lagi keluhan cantik lainnya.

Menegur diri sendiri sering saya lakukan untuk mengingatkan saya, bahwa saya masih bisa bernafas dan harus mengucap syukur. Malu rasanya, bila menyadari begitu banyak anugerah di hidup saya yang tertutupi oleh Si Cantik Keluhan. Si Cantik yang akan semakin "cantik" bila terus dipelihara. Rasa syukur yang mampu menaklukkannya.

Sehari-hari aktivitas saya padat. Pagi kuliah, sore kerja. Penghasilan? Tentu cukup. Cukup untuk di 'pas-pas'kan. Dengan gaji yang tidak mencapai angka 2 juta per bulan dan memiliki tanggungan wajib yang harus dibayar 3/4nya setiap bulan, masih bisa bersantai ria sudah cukup asyik.

Terkadang saya iri, pada mereka yang lebih bebas. Mereka yang 'sedikit' lebih beruntung daripada saya, karena kenyamanan yang mereka dapat. Mereka yang tanpa  harus memikirkan pendapatan dan pengeluaran yang harus mereka keluarkan untuk kuliah, makan, transportasi, dan lain-lain. Mereka yang mampu berkumpul dan bersantai di coffee shop. Mereka yang sangat update dalam fashion. Tapi saya bukan mereka.

Saya seperti koin dengan kedua sisinya. Di satu sisi, saya bergambar biasa, umum, saya iri, saya ingin, dan saya mau seperti mereka. Tapi di sisi lain, yang berbeda, saya bersyukur, saya berpengalaman, dan saya lebih ingin belajar memaknai ini. Manusia, memang tidak pernah puas. 'Iri' sudah ada di dalam darah, tapi 'syukur' harus dirasa dan dilatih.

Hidup memang berat. Tapi lebih berat lagi, bila tak melakukan apapun yang memuaskan hati ini. Dan sekarang, saya cukup puas dengan apa yang telah saya lakukan, masih saya jalani, dan setidaknya untuk dilanjutkan bila ada waktu lagi.

Jumat, 12 September 2014

Nightfall Kiss - Chapter 2

'Criiingg ...', seorang wanita tua memakai terusan pink pastel memasuki toko tempat Edward membantu pamannya.

"Selamat datang di Joe Bakery, ada yang bisa saya bantu, Nyonya?", sapa Edward pada pengunjung keduanya hari ini. Bahasa Prancis Edward cukup bagus, dia pernah mengikuti kursusnya di Indonesia. Paman Joe, suami bibinya yang asli orang Prancis juga selalu menggunakan Bahasa Prancis untuk bicara dengan Edward, kalau tinggal di Paris, biar tidak kaget, katanya.

"Kamu anak baru, ya?", jawab wanita itu, nadanya arogan dan berat.

"Iya, Nyonya. Ada yang bisa saya bantu? Anda mencari cake atau roti untuk sarapan, mungkin?", jawab Edward.

"Di mana Joe? Aku tidak mau dilayani orang baru!!", suara wanita itu sedikit meninggi. Edward merasa tersinggung, harga dirinya terusik. Edward sudah membuka mulut hendak menjawab, tapi pamannya yang tambun muncul dari belakang merangkul bahunya.

"Apa kabar Nyonya Abella? Senang bertemu dengan Anda lagi. Anda terlihat cantik hari ini, Nyonya", sapa Paman Joe ramah. Tangan Paman Joe sedikit meremas bahu Edward, membuat Edward meringis.

"Aku baik. Aku yang cantik atau kau hanya basa-basi saja?"

"Tentu, Anda cantik, Nyonya. Warna baju Anda sangat cocok dengan matahari pagi. Mari kutemani memilih kue untuk sarapan Anda", Paman Joe melepaskan tangannya di bahu Edward dan berjalan menuju Nyonya Abella. Paman Joe sedikit menoleh ke Edward dan mengerlingkan mata.

Edward cukup bijak untuk menahan emosinya, suatu prestasi untuk dirinya sendiri. Edward terbiasa dilayani dan dihormati, tapi di sini Edward harus belajar melayani dan menghormati orang lain. Edward berjalan menuju ke bagian belakang toko, mengambil air dingin dan meneguknya segera, berharap air dingin ini bisa mendinginkan kepalanya. Inilah bekerja, Ed! Kau harus tau itu!, bentaknya pada dirinya sendiri.

Saat Edward kembali ke toko, Paman Joe sudah sendirian menghitung uang kasirnya. Nyonya Abella sudah pergi. Mendengar langkah kaki, Paman Joe menoleh. "Hi, Ed!", sapanya pada Edward. Nadanya selalu ceria dan senyum selalu merekah dari bibirnya.

"Beginilah bekerja, banyak sekali tipe pengunjung yang menyakitkan hati seperti itu. Yang tadi belum seberapa, sih... Masih banyak godaan lain. Yah, anggap saja mereka kue, ada yang pakai saus yang asin, bedak gula yang manis, atau kismis yang asam, tinggal pilih dan makan saja", Paman Joe tertawa mendengar leluconnya sendiri. Edward berusaha tersenyum kecil.

"Kau harus belajar menghadapi segala jenis keadaan dalam menghadapi pengunjung, Ed. Kau bisa memujinya, katakan saja dia cantik, walau jalannya seperti itik", Paman Joe tertawa sembari menyenggol lengan Edward pelan. Edward ikut tertawa kecil.

"Oh, tidak! Jangan menahan tawa! Wajahmu akan menua dibanding umurmu!", sembur Paman Joe pada Edward. "Kau akan menjadi seperti ini", Paman Joe memanyunkan bibirnya dan berjalan bungkuk-bungkuk. Edward tertawa, tertawa keras bersama pamannya.  Untuk beberapa saat Edward melupakan rasa sakitnya. Untuk sebentar dan meski hanya untuk sebentar.

Bersambung ke  Chapter 3

Minggu, 31 Agustus 2014

Hiii !!!
Hampir 3 bulan gak posting apa-apa di sini. Banyak hal yang terjadi di hidupku 3 bulan ini. Mulai pindah ke tempat kerja baru, si calon suami lagi sibuk sama usaha barunya, sampai ada rencana ngewarnain rambut yang batal.. Hehehe..

Sibuk banget bulan-bulan ini. Baru ada waktu, mampir ke blog dan baca ulang si Nightfall Kiss. Stuck di chapter 1, gak ada yang nungguin juga sih chapter 2 nya... Eh, belum ada yang nungguin... Nanti juga ada yang nungguin lanjutannya ...

So... chapter 2 will be coming soon, guys !!!

Rabu, 11 Juni 2014

Untitled

Aku tidak mau beranjak
Tidak untuk saat ini

Aku ingin menelusuri wajahmu
Membenamkan diri dalam hangatmu

Aku tidak mau pergi
Tidak untuk suasana ini

Menari bersama nafasmu
Membuai senyummu

Aku tidak mau
Tidak akan pernah mau
Ada jarak

Cukup begini, segini saja...
Biar kukagumi wajahmu
Cintai nafasmu
Hingga tak kubutuh lagi

Senin, 09 Juni 2014

Nightfall Kiss - Chapter 1


Gerbang utama di mansion bergaya klasik itu terbuka, sebuah mobil mewah memasuki halaman depan yang luasnya cukup untuk dijadikan kompleks perumahan. Lelah sekali hari ini. Urusan di kantor sangat menyebalkan, sepertinya gadget yang sedang menjadi trend di kalangan karyawan membawa penurunan dalam kinerja mereka. Kebijakan baru harus segera dibuat, kalau tak ingin kualitas perusahaan semakin menurun.

Frans masuk ke kamarnya sembari melongarkan dasi, seperti biasa sang istri tidak ada di sana. Nyonya kaya itu sedang 'meluaskan jaringan', begitu yang selalu dikatakannya.Yang menurutnya 'meluaskan jaringan' adalah arisan para ibu-ibu sosialita yang menghabiskan uang banyak demi pamer derajat.Dasar anak orang kaya, batin Frans.

Air hangat beraroma terapi telah disiapkan para pelayan.Frans membuka baju dan melemparkannya begitu saja di lantai kamar mandi. Tak perlu repot-repot menaruh baju kotor di keranjang cucian, toh nanti para pelayan yang setia akan membersihkannya. Frans menggosok tubuhnya dengan garam mandi, berharap bisa sedikit melemaskan urat-uratnya yang kaku.Andai saja aku tak menikah denganmu, hey anak orang kaya, tentu sekarang ada yang menggosok dan memijat aku. Lagi-lagi Frans memaki istrinya dalam hati.

Sepertinya mandi memang melegakan otot-ototnya yang lelah, Frans merasa lebih santai sekarang. Celana piyama dan kaos polos abu-abu dipilihnya sebgai kostum favorit saat di rumah. Bayangannya terpantul dari cermin besar, mebuat bersyukur, di usianya yang sudah kepala lima, tubuhnya masih tegap dan bagus. Bugar dan prima memang diperlukan untuk seorang pengusaha seperti dia yang sangat padat jadwal.

Frans memasuki ruang kerjanya.Gelap.Frans mengernyit bingung, biasanya tak pernah segelap ini.Selalu ada cahaya meski remang.Ah, mungkin pelayan lupa menyalakan lampu, sambil meraba-raba untuk mencari sakelar. Saat lampu berhasil dinyalakan, Frans hampir melompat karena terkejut.Seseorang duduk di kursi kerjanya, menatapnya tajam dan tegas.Tidak, bukan tegas, itu tatapan amarah yang siap untuk meledak sewaktu-waktu.Mata itu milik anaknya, Edward.

"Edward? Apa yang kau lakukan di situ, nak? Kamu mengejutkan papa!"Frans berucap sembari berjalan menuju rak buku.

"Setya Ningrum," Edward berkata dengan suaranya yang tegas dan misterius.

Buk! Buku yang telah dipegangnya terjatuh, Frans kaget setengah mati.

"Apa, nak?" mengira dia salah dengar.

"Setya Ningrum," Edward mengulangi.

"Ka... Kamu tau dari mana mengenai dia?"

"Jadi benar kalau dia, Setya Ningrum, adalah kekasih papa yang papa tinggalkan 23 tahun lalu?!" setengah berteriak Edward bertanya sekaligus memberi pernyataan pada papanya.

"Dari mana kamu tau itu?"

"Tidak penting aku tau dari mana.Katakan saja, benar atau tidak papa telah mengenal wanita itu dan meninggalkannya 23 tahun lalu untuk menikah dengan mama?"

"Iya, benar.Aku meninggalkannya untuk menikah dengan mamamu. Tapi semua itu karena..."

"Cukup, Pa! Aku tidak perlu mendengarkan apa-apa lagi!!!"Edward berdiri menghentakkan kaki, keluar dari ruang kerja papanya dan pergi dengan marah.Edward membanting pintu dan meninggalkan papanya dalam kebingungan.Hentakan di pintu mengejutkan Frans.Frans memanggil-manggil anak laki-lakinya.

"Ed! Mau ke mana, kamu?Kenapa kamu marah karena hal ini?"Frans berusaha mengejar anaknya.

"Harusnya Papa tanyakan itu pada diri Papa sendiri!"Edward menjawab sambil lompat masuk ke mobil mewahnya. Mobil sports warna merah itu melaju kencang melewati halaman. Melewati pintu gerbang yang terbuka otomatis untuknya dengan kecepatan tinggi.

Frans melihat kepergian anaknya dengan bingung.Seperti film yang terputar, kenangan 23 tahun lalu muncul lagi di kepalanya.23 tahun lalu, dia meninggalkan Ningrum, kekasih yang sangat dicintainya dengan sepenuh hatinya, untuk menikahi Tera, mamanya Edward, dengan berbagai alasan.Hatinya hancur saat itu, mengetahui bahwa dia tidak menikah dengan kekasih yang dicintainya.Kehancuran itu terus berlangsung sampai sekarang, Frans tak pernah bisa melupakannya. Frans tidak akan memafkan dirinya sendiri.


* * * * *


Frans kira anaknya akan pulang dalam dua atau tiga hari, karena dia biasa kabur dari rumah dan menginap di rumah temannya atau di hotel. Tapi ini sudah satu minggu dan tak ada kabar apa-apa darinya.Ponselnya tidak bisa dihubungi, bahkan beberapa temannya datang ke rumah mencari anaknya.Di hari kepergiannya, mobilnya di temukan di pinggir jalan tanpa Edward di dalamnya.Frans juga tidak terlalu khawatir, karena Edward juga pernah melakukannya sebelumnya, meninggalkan mobilnya di pinggir jalan dan pergi dengan mobil temannya.Polisi yang memeriksa mobil itu pun juga menyimpulkan tidak ada tanda-tanda yang mengarah ke kejahatan.Polisi menyimpulkan mobil itu sengaja ditinggalkan.

Kekhawatiran mulai menjalari seluruh rumah.Tidak biasanya Edward seperti ini. Edward memang anak manja yang selalu seenaknya sendiri dalam bertindak, tapi dia juga akan selalu kembali ke rumah tidak lebih dari tiga hari setelah bersenang-senang. Frans mulai dilanda panik.Tera yang sedang di luar negri segera disuruhnya pulang untuk mencari anaknya.

Segala upaya dilakukan, termasuk mendeteksi penggunaan kartu kredit Edward.Tapi Edward tidak melakukan transaksi apapun dengan kartu kreditnya.Dan ini benar-benar seperti bukan Edward.Biasanya, Edward selalu banyak menggunakan kartu kreditnya untuk bersenang-senang saat di luar rumah.Dalam kecemasan seperti ini, Frans tidak nafsu bekerja, dia siaga di rumah menunggu kabar terbaru.

"Permisi, Tuan, maaf mengganggu, ada telepon dari bank," seorang pelayan memberikan telepon tanpa kabel padanya.

"Terima kasih," Frans menerima telepon itu dan memberikan seuntai senyum untuk pelayannya itu.

"Ya. Saya Frans Wijaya"

"Selamat siang, Pak. Kami memberikan informasi yang Bapak minta untuk transaksi atas nama Saudara Edward Akea Nugraha. Surat dari kepolosian sudah kami terima dua hari lalu untuk memproses informasi ini," suara dari seberang telepon didengarkan Frans seksama, "yang bisa kami informasikan adalah Saudara Edward Akea Nugraha telah melakukan penarikan tunai dalam jumlah yang cukup besar pada tanggal 02 Juni 2013".

Dua Juni, itu tanggal Edward pergi dari rumah, batin Frans.

"Tarikan tunai dilakukan langsung di salah satu cabang kami. Untuk jumlah transaksi dan informasi selengkapnya mengenai transaksi tersebut akan dikirim melalui e-mail Anda, paling lambat 20 menit dari sekarang. Sekian informasi dari kami.Ada yang bisa kami bantu lagi, Pak?" petugas bank itu mengakhiri penjelasannya yang sekaligus membuyarkan lamunan Frans.

"Eh... Tidak. Terima kasih"

Tidak sampai 10 menit, e-mail masuk di ponselnya.Frans membelalakkan mata menerima informasi transaksi itu, jumlah yang sangat besar untuk bersenang-senang.Apa yang kau lakukan dengan uang sebanyak ini? Kau bisa pergi ke Eropa dan hidup di sana selama setengah tahun! Frans membatin dalam hati.Tunggu dulu! Eropa?Tentu saja. Dia pasti di sana! Frans seperti berhasil memecahkan teka-teki harta karun besar. Frans melompat dan bersiap pergi.

"Kau mau ke mana, pa?" tanya Tera, istrinya, suaranya lemah karena sering menangisi anaknya.

"Aku tau di mana Ed, tapi belum pasti.Aku akan memastikannya, kau tunggu di sini yaa?" ucap Frans yang lalu mengecup ubun-ubun istrinya.

Memasuki ruang kerjanya, mengingatkannya pada kejadian Edward marah padanya tanpa sebab yang pasti, yang jelas itu berhubungan dengan Ningrum, mantan kekasihnya.Dengan cepat, Frans mengangkat telepon menelepon dua nomor penting yang menjadi petunjuk di mana Edward.

"Hello?" suara di seberang telepon melegakannya. Suara adiknya di London.

"Jollie!Ini aku, Frans".

"Ya.Aku tau itu kau, kak".

"Edward di sana?"

"Ed? Tentu tidak.Memangnya Ed akan mengungjungiku?"

"Tidak.Kalau begitu terima kasih.Nanti kuhubungi lagi"

Lemas, Frans mulai lemas. Masih ada satu nomor lagi, Frans berharap semoga anaknya di sana. Frans menekan nomornya tergesa-gesa.Dua kali dia salah menekan nomor karena sangat gugup.Yang ketiga tersambung, Frans menunggu. Lama tak ada jawaban, Frans mengulangi panggilan. Sampai panggilan yang entah keberapa, suara di seberang sana terdengar.

"Hey, Frans.Aku tau kau akan menghubungiku," suara dari seberang telepon melegakannya sekali lagi.Keith, kakak iparnya di Paris.Dari kata-katanya, Keith pasti mengetahui sesuatu.

"Ya.Ed sedang bersamamu?"

"Tidak.Dia tidak bersamaku sekarang.Dia ada di toko membantu pamannya, aku di rumah.Kamu bisa tenang Frans, Ed aman bersama kami".

"Oh, syukurlah. Aku akan segera menyusulnya ke sana. Teri..."

"Don't Frans! Biarkan dia di sini menenangkan dirinya dulu.Kamu bisa percaya pada kami. Kami akan menjaganya. Aku tak tau masalahnya, dia belum mau menceritakannya. Aku akan memberikanmu informasi mengenainya. Bersabarlah, toh, di sini dia belajar mandiri. Perlu kau tau, Frans, dia memasukkan semua kartu kredit dan debit darimu dalam sebuah kotak, meyegelnya, dan menitipkannya padaku. Dia belajar mencari uang sendiri dengan berkerja di toko pamannya".

"Wow... Sepertinya memang ada sesuatu yang terjadi. Kalau begitu baiklah, biarkan dia di sana. Terima kasih, Keith.Jangan bilang aku menghubungimu.Aku titip anakku".

"Percayakan padaku, brodda".

Bersambung ke chapter 2

Minggu, 08 Juni 2014

Prolog Nightfall Kiss

Matahari mulai turun dari singgasananya, sembunyi dan istirahat di ujung laut. Alunan lembut menenangkan dari debur ombak terdengar, sesekali ikan-ikan berlompatan menunjukkan keselarasan alam. Namun suasana indah ini tak tergubris oleh dua insan yang remuk hatinya.

"Tapi aku mencintaimu!" ujar laki-laki itu setengah berteriak.

"Hentikan! Sebesar apapun cintamu padaku, tak akan merubah apapun. Kita tak akan bisa bersama," jawab gadis cantik di hadapannya.

"Mengapa?Bukankah kau yang bilang nyaman bersamaku?Bukankah kita saling melengkapi? Saling cocok satu sama lain?" kebingungan menyeruak keras dari dalam hatinya. Batinnya tak mampu menerima pemutusan sepihak ini.

"Ya, memang.Kita sangat cocok.Banyak hal yang mirip di antara kita.Banyak kesamaan di antara kita".

"Lalu?Apa yang kau takutkan?"

"Karena itu masalahnya! Karena Ayah kita sama!" bulir air mata mulai keluar dari mata cantiknya.

"Maksudmu?Apa yang kau bicarakan? Jangan bercanda!"

"Tidak.Aku serius, Ed. Ayahmu, Frans Wijaya, adalah ayah kandungku yang selama ini kukira sudah mati!"

"What?! Impossible! Kau pasti salah.Tidak mungkin itu terjadi".

"Kamu tidak percaya, kan? Tapi itu kenyataannya! Kamu boleh tanya ayahmu tentang ibuku, Ningrum. Setya Ningrum, ibuku, kekasih ayahmu yang ditinggalkannya 23 tahun yang lalu untuk menikah dengan ibumu yang sombong itu!!!"

Bersambung ke chapter 1

Rabu, 28 Mei 2014

Cinta Besar

Ini apa namanya?
Ehm, apa namanya?
Aku sebut 'siapa'!
atau 'apa'!

Ini terlalu besar,
terus terpancar,
terus mengalir,
atau karna keran-nya rusak?

Ini apa? Ini siapa?
Terlalu besar hingga rasanya aku akan meledak
Iyaa...
CINTA INI, terlalu besar...

Candu

Sepertinya aku kecanduan ...
Rasanya hampir gila!!!
Aku sulit melepasnya
Menggigit jauh dalam raga
Berenang dalam setiap aliran

Sepertinya aku kecanduan
dengan segala rasa nyaman
Semakin masuk dalam jeratan
Ini candu yang mengenakkan

Dalam pelukmu, untuk tawamu,
Aku Candu...

Sabtu, 24 Mei 2014

DIA CINTA AKU

Dia mencintaiku...
Ya. Dia mencintaiku
Sungguh cinta aku

Bahkan ketika kubilang benci padanya
Dia tetap lembut berkata
Ucap sayang,
dan buatku terlena

Bahkan ketika aku menghalaunya
Dia tetap di sana
Menggenggam erat possesifnya

Dia mencintaiku...
Ya. Dia cinta aku
Dia...
yang terpilih dihatiku

Surabaya, 23 Mei 2014

Jumat, 21 Maret 2014

I (don't) LOVE INDONESIA

Pernah tau lagu ini?

"Kau acuhkan aku, kau diamkan aku, kau tinggalkan aku
lumpuhkanlah ingatanku, hapuskan tentang dia ..."

atau ini?

"Kau acuhkan aku dengan sikapmu
tak sadarkah kau telah menyakitiku
lelah hati ini memperhatikanmu..."

Yakin, pasti pernah.
Dan yakin, setelah Anda baca ini pasti akan mengerti kalau lagu itu salah.

Kata "acuh" yang akan saya bahas kali ini. Bersiaplah, untuk mengaku bahwa kita bukan warga negara Indonesia yang baik. (Saya juga, kok... Hiks..)

Di dalam dua lagu berbeda tersebut memiliki kata acuh yang bersifat "negatif". Kenapa negatif? Yaa, karena rasanya lagu itu mengungkapkan kesedihan, setelah "diacuhkan" seseorang. Diacuhkan, merasa disakiti (untuk lagu yang kedua). Iya nggak? Iya, pasti.

Tapi, sebenarnya apa sih arti kata acuh itu sendiri?

Kalau kita buka dan cari di Kamus Besar Bahasa Indonesia ini hasilnya :

ACUH = PEDULI
TAK ACUH = TAK PEDULI

Gak percaya? Silakan buka di website kbbi cari kata "acuh" dan temukan  hasilnya.

Ya. Orang Indonesia (termasuk saya) sering salah kaprah dalam penggunaan kata ini. Orang Indonesia (sekali lagi, termasuk saya) belum "mencintai sepenuhnya" Indonesia kita. Saya saja baru tau beberapa hari yang lalu dari dosen penerjemah di kampus soal ini. Jelas, saya malu dong... Biar malu saya gak bertambah, saya bagikan info ini ke semua pembaca. Bukan soal cari temen biar sama-sama malu. Tapi paling tidak, saya sudah berusaha mengingatkan teman sebangsa untuk "lebih mencintai" Indonesia kita.

Hal ini juga pernah dibahas di http://www.ayobukasaja.com/2013/11/definisi-kata-acuh-yang-salah-kaprah.html


Semoga bermanfaat.
Salam cinta untuk Indonesia. :)

RA

Senin, 17 Maret 2014

Arek Suroboyo harus tau ini...

MISUH.
Dari dulu, pengen banget bahas soal ini... Dan rasanya perlu untuk dibahas.

Bicara kotor atau "misuh" kata orang Jawa, atau "meso" kata Arek Suroboyo sepertinya sudah menjadi "kebiasaan" di masyarakat kita. Surabaya terkenal dengan kata "Jancok"nya yang digunakan hampir setiap orang di kota ini. Saya cukup sering menanyakan arti kata ini kepada teman-teman yang mengatakannya. Hasilnya? "Gak tau", jawab mereka. Yaaa anggap saja mereka seperti bayi yang baru belajar ngomong, diberi kata apapun langsung diikuti tanpa tau artinya. Mau disamain sama bayi??

Makin penasaran sama arti kata "Jancok" sebenarnya? Simak dulu cerita saya :

Saat SMP, saya bersekolah di salah satu SMP swasta di Surabaya, pilihan Ayah saya tercinta.Sedikit menyesal sekarang kenapa saya masuk di situ. Saya ulangi "sedikit menyesal", bukan "sangat menyesal". Kenapa? Dengan kemampuan saya, saya rasa saya bisa masuk di SMP yang lebih baik (bukan sombong, tapi ada sangkut paut nya sama topik kali ini).

Penyesalan saya ditambah dengan mayoritas siswa yang bertempat tinggal di daerah pemukiman "tidak baik" (maaf, saya tidak mau menyebut nama). Dari latar belakang lingkungan mereka, mereka sukaaaaaa sekali menyebut-nyebut jargon khas Surabaya ini. Saya beri contoh yaa.. Tapi jangan marah, hehe...

"He, kon ate nang ndi, c*k?" (he, kamu mau ke mana, c*k?)
"Pelajarane uangel, c*k!" (pelajarannya susah, c*k!)

Seperti itu. Percakapan sehari-hari saja bisa dengan gampang menggunakan kata ini. Hingga pada suatu hari, kami (para siswa saat itu, saya dan teman-teman seangkatan), kedatangan guru baru. Guru cantik yang mengajar Bahasa Indonesia. Biar lebih enak, saya sebut Ibu guru ini, Bu R, inisial nama beliau. (Sebelumnya, terima kasih Bu, pengetahuan yang Anda berikan, berguna sekali).

Bu R ini cukup fenomenal menurut saya dan teman-teman. Bagaimana tidak? Saat datang pertama dan memperkenalkan diri, beliau berkata: "Saya R, kalian bisa panggil saya R saja". Kriiik... kriik... kriik... kami terdiam. Gak pake "Bu"? Kemudian beliau melanjutkan, "atau kalau Anda sungkan, Anda bisa memanggil saya Bu R". Karena wajah kami masih penuh dengan pertanyaan beliau menjelaskan kepada kami apa maksudnya. Penjelasannya akan saya ceritakan di post selanjutnya :).

Tiba-tiba ada seorang teman menyebut jargon Surabaya dengan agak keras. Otomatis, Bu R mendengarnya. Tanggapan beliau? Bukannya marah seperti guru-guru lain. Dengan senyumnya yang khas beliau bertanya "Mas, tadi kamu bilang apa?". Dengan wajah takut, si mas yang dimaksud menjawab, "Maaf Bu, keceplosan." "Loh, tadi kamu bilang apa?", tanya Bu R lagi. Si mas terdiam beberapa detik, kemudian ... "Saya bilang 'jancok', Bu". Kali ini satu kelas yang terdiam.

"Kalian tau apa artinya?", tanya Bu R bertanya kepada kami semua, tetap dengan senyum khasnya. Serempak seisi kelas menjawab, "Gak tau, Bu". Singkatnya Bu R itu menjelaskan arti kata itu begini :

Teman sekelas saya ada yang dari Medan, dan punya kata tabu "cuki". Bu R menjelaskan bahwa cuki, jancok, ancukan, dan lainnya yang sejenis, berasal dari kata cukima, yang artinya sendiri adalah hubungan suami istri. Jadi, kata-kata tersebut sama dengan kata sex yang ada di buku biologi. Hanya saja mindset orang selama ini, itu semua kata tabu.

Yaa, tabu karena artinya yang seharusnya tidak diucapkan secara umum, tabu karena seharusnya tidak diucapkan semudah itu, tabu karena pengucapannya diumpatkan. Untuk soal "pengumpatan", kapan-kapan saya juga akan membahasnya.

Jadi sudah tau kan, sekarang? Masih suka berjargon ria dengan kata-kata ini, atau berhenti cukup sampai di sini? Cukuplah penjelasan saya soal ini, semoga bermanfaat, Kawan.

RA

Senin, 24 Februari 2014

THE POWER OF MIND SET (AJI MUMPUNG)

Akhir-akhir ini stress + pusing gara-gara jadwal kuliah sama jadwal kerja. Maklum, terlahir sebagai anak dari keluarga cukup (cukup untuk makan, cukup untuk sekolah sampai SMA, dan cukup-cukupan), buat saya, harus kuliah sambil kerja.

Tapi, Alhamdulillah... Orang tua habis dapet rejeki. Utang di bank untuk biaya kuliah yang awalnya saya tanggung untuk pembayarannya, sudah diselesaikan Ayah. :) Sekarang tinggal fokus kuliah, terus hasil kerja ditabung untuk ambil S1 nanti, insha alloh.

Capek memang, tapi mumpung masih uda, mumpung masih tinggal sama orang tua, mumpung ada kesempatan, dan mumpung masih bisa "mumpung", yaa harus giat berusaha.. Yaa toh ??

THE POWER OF "MUMPUNG".

Ya, banyak orang tua yang mengucapkan kata "mumpung Ayah masih bisa membiayai kamu.." atau "mumpung Papa ada rejeki, kamu bisa kuliah ke luar negri...". Itu untuk yang "mumpung"nya keren. Lah, terus gimana buat yang orang tuanya gak bisa ksih "mumpung" yang keren? Seperti saya?

Lagi-lagi, dan lagi, THE POWER OF MIND SET. Yaaa, kita kembalikan saja. Gimana caranya? Keluarkan dari diri kita, misalnya :


  • MUMPUNG MASIH MUDA, ayooo kerja keras. 
  • MUMPUNG MASIH TINGGAL SAMA ORANG TUA, ayoo nabung buat beli rumah.
Pada intinya, semua kembali pada cara kita "menyetting" otak kita. Tentu saja settingan itu harus sesuai dengan passion kita (dan biasanya sesuai). Orang yang malas, settingannya biasanya "ntar aja deh, ntar ntar an juga bisa", orang yang rajin "gak boleh ditunda, harus sekarang, biar ntar bisa nyante", orang bijak "pasti ada cara lain untuk menyelesaikannya".

Banyak yang sudah membuktikan dari kata THE POWER OF MIND SET ini. Sekarang waktunya kamu membuktikannya. Jangan lupa, ditambahi THE POWER OF AJI MUMPUNG. Tentu, aji mumpung yang positif.

Kalau Anda tanya, bagaimana kehidupan saya dengan dua kata ini?? Alhamdulillah, saat semua orang meragukan atas keputusan saya untuk kerja dan kuliah sekaligus, saya bisa membuktikannya. IPK saya di semester 1 di atas 3,5. Pekerjaan saya? Saat kenaikan gaji UMR kemarin (2013 ke 2014) saya dapat kenaikan gaji dengan grade B.

Sekedar info, di antara "grade B-grade B" yang lain, kenaikan gaji saya cukup lumayan. (Maaf, lumayan untuk saya, belum tentu lumayan juga untuk Anda). Hanya saja, dibandingkan teman-teman, sudah "Alhamdulillah yaa, sesuatu...".

Lalu Anda bertanya, kenapa saya hanya mendapat "ranking tengah" dengan dua kata pamungkas itu? Yaa, manusia memang gak ada yang sempurna. Selalu ada kekurangan, kekurangan saya, saya cepat merasa puas dengan prestasi yang saya dapatkan, saya cepat nyaman dalam "zona nyaman". Jadi, saran saya jika Anda sudah berhasil di "ranking tengah", terus bergerak sampai "ranking atas". Selamat ber-aji mumpung. :).

-NY.GR-

Sabtu, 22 Februari 2014

Keinginan Belajar Itu Perlu

Kemarin, pas saya buka blog di tempat kerja. Ada anak magang dari SMKN di surabaya juga ikut ngeliat.

Me  : Lucu yaa ? Pink-pink gitu.. aku suka pink soalnya.
She : Iya lucu, mbak.
Me : Hehe..
She : Mbak, carane yak opo ben isok ngunu? (caranya gimana kok bisa gitu?)
Me : Hah, apane ? (apanya?)
She : Itu templatenya mbak ...
Me : Owalaah... cari aja di google. hehehe..


Nah, buat yang masih awam dalam dunia nge blog apalagi soal template, sama seperti saya, cobalah untuk mencari info sebanyak mungkin di google. Sudah banyak kok, infonya soal template, lengkap dengan pilihan, dan caranya. Jaman sekarang semua tinggal "klik", ketemu deh apa yang dicari ... (Tapi kalo cari cinta gak tau lagi, yaa? hehe..)

Intinya adalah mau untuk mencari, mau untuk belajar, dan mau untuk mencoba. Saya percaya (dan saya cukup memegang teguh) peribahasa "nothing is impossible". Yaa! Gak ada yang gak mungkin. Tidak ada kata "tidak bisa", yang ada hanyalah "mau" atau "tidak mau". Itu juga sudah ditekankan oleh Bunda ke saya sejak kecil.

Hidup memang pilihan, tinggal pilih, "mau" atau "tidak". Bukan ditekankan pada "bisa" atau "tidak bisa". "Bisa atau tidaknya" bergantung pada "mau atau tidaknya". Mau belajar untuk bisa atau tidak mau belajar karena memang tidak mau bisa.

Have a nice Sunday, every one !!!

NB : buat anak magang yang saya maksud, terima kasih. :)

Jumat, 21 Februari 2014

Template oh template

Lihat-lihat blog mbak mbak crafter di cyber bikin ngiler..
Tmplatenya keren keren... cantik-cantik nan menawan. Ahhahay..

Coba cari cari di google selama dua hari, download template gratis yg keren gimana dan di mana ... akhirnya nemu juga.. 

And,
Wallaaa!
It's my new looks.. Not bas, isn't it ????

Mwah.

Kamis, 20 Februari 2014

Assalamuallaikum ...
Bismillah ,,,

finally, setelah sekian lama.. akhirnya mutusin juga bikin blog buat share isi hati, ungkapan hati, unek unek hati, dan hati hati yang lain.. <alaah...>

agak terlambat sih emang.. baru di taun 2014 buat blog .. hadeeehh .. -..-"
tapi gapapa kan ? lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
hahaha... maksa dikit.

So...
Let's see, what kind of amazing thing that I'll post in this blog... ayeee